Senin, 21 September 2020

September 21, 2020 0

Prototipe Mini John Cooper Works Listrik Mulai Unjuk Gigi

 


Prototipe Mini John Cooper Works(JCW) bertenaga listrik mulai berani menampakan diri. Bukan tidak mungkin ini akan menjadi model kedua setelah Mini Cooper SE.

Tidak tanggung-tanggung, prototipe pertama JCW ini mereka umbar melalui set foto pengujian di Sirkuit Nürburgring, Jerman.

Dengan bungkusan kulit kamuflase, ia tidak malu menunjukkan desainnya. Prototipe tampil gahar sebagaimana sang monster imut JCW GP dengan nama internal GPE.

Ya, kamuflase hanya menutupi kulitnya seperti decal yang direkatkan ke bodi. Elemen tubuh justru tampil percaya diri mengenakan baju JCW GP, tak berusaha membodohi kamera.

Dapat dilihat bermacam ciri khas dari versi terbuas Mini. Contoh di fasad depan, kanal udara besar di apron bak janggut gondrong yang memamerkan diri. Tak ketinggalan ornamen honeycomb di sudutnya.

Sama halnya ketika melirik bagian lain. Over fender melar dan mengambang bak sirip tambahan di sepatbor memberikan kesan galak sekaligus aerodinamis.

Kuda-kuda mantapnya disudahi piringan rem berdiameter besar dan kaliper kuning. Bokongnya bahkan tak luput dari sasaran spoiler besar yang bertengger di atas. Berikut diramaikan bumper berisi diffuser.

Kendati begitu, beberapa titik desain mengisyaratkan bahwa ia merupakan model listrik. Grille depan tertutup sepenuhnya tanpa rongga sedikitpun – kecuali apron. Menyerupai kebanyakan arahan desain sebuah EV.

Melengserkan fungsi grille sebagai pemasok udara mesin karena memang tidak begitu diperlukan. Di samping itu, diffuser belakang tampak kesepian tanpa hadirnya selongsong pipa gas buang. Positif bukan peminum bensin.

Arsitektur Baru

Boleh jadi ia melenggok seperti JCW GP eksis, mungkin juga tidak. Pasalnya, proyek ini disebutkan mengadopsi arsitektur masa depan kendaraan Mini. Seminimalnya ada penyesuaian detail sebagai penegas karakter.

Selain itu, pengembangan arsitektur baru sekaligus mengindikasikan waktu kehadirannya. Kemungkinan besar tidak dalam waktu dekat.

Hingga saat ini belum ada rincian terkait detail spesifikasi. Meski begitu, dapat diekspektasikan ia merepresentasikan model paling gahar seperti keberadaan JCW GP.

Mengingat EV menggendong bobot ekstra, seminimalnya memiliki performa sebanding dengan potensi dari 306 hp/450 Nm di versi konvensional.

Jangan lantas kecewa dan beranggapan Mini langsung menyuntik mati monster JCW yang menenggak bensin. Karena tidak begitu jalan ceritanya, seperti dipaparkan pimpinan Mini, Bernd Körber kepada Autocar.

“Kami bekerja keras untuk mengembangkan konsep model John Cooper Works dengan penggerak elektris,” ujarnya.

“Sementara itu, model John Cooper Works dengan mesin pembakaran konvensional akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para penggemar motorsport di seluruh dunia.” Ia menambahkan,

Kontestan EV Pertama Mini

Sebelum Mini menyasar ranah performa dengan EV, mereka lebih dulu mengembangkan basis elektris di model standar. Adalah Mini Cooper SE yang mendebut Juni 2019.

Melansir Electrive, ia mengadopsi teknologi BMW i3 untuk kemudian dikemas dalam paket tubuh familiar Mini dua pintu. Meski begitu, ada penyesuaian detail sehingga membuatnya tampil beda dengan versi konvensional. Paling kentara adalah grille tertutup, wajah pelek asimetris, dan aksen kuning kehijauan.

Di balik tubuh Cooper SE tertanam motor listrik berkekuatan 184 hp dengan torsi 270 Nm. Cukup bertenaga dengan prestasi akselerasi ke 100 kpj yang dapat dituntaskan dalam tempo 7,3 detik.

Sementara itu, sumber daya terbagi atas 12 modul baterai dan diposisikan membentuk huruf T di lantai. Menyiapkan konten energi 32,6 kWh demi tempuhan 235-270 km dari satu kali pengisian.

Kamis, 10 September 2020

September 10, 2020 0

Toyota Avanza Masih Pertahankan Penggerak Roda Belakang, Catat Kelebihan dan Kekurangannya


 

Toyota Avanza kini ramai dibicarakan di media sosial. Toyota Avanza yang disebut mobil sejuta umat milik PT Toyota Astra Motor (TAM) muncul tanpa gardan belakang, yang artinya menggunakan sistem penggerak roda depan.

Namun, pihak Toyota sendiri belum bisa berkomentar lebih lanjut terkait rumor Avanza front wheel drive (FWD) ini. Raksasa asal Jepang tersebut, saat ini memang masih fokus menjual LMPV tersebut dengan pembaruan terakhir yang dilakukan tahun lalu.

Lalu sejatinya, apa sih kelebihan dan kekurangan mobil berpenggerak belakang atau RWD?

Melansir laman resmi Mobil88, penggerak roda mobil yang banyak diminati di Indonesia adalah roda belakang atau rear wheel drive (RWD). Jenis penggerak ini, digunakan di berbagai model, seperti Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, dan juga Mitsubishi Pajero Sport. Sistem penggerak roda belakang (RWD) ini memiliki beberapa keunggulan. Sesuai namanya, sistem penggerak roda belakang ini terpisah dengan sistem kemudi, yang terletak di roda depan.

Jadi, masing-masing roda depan dan belakang memiliki fungsinya sendiri-sendiri.

Sehingga mobil dengan sistem penggerak roda belakang biasanya memiliki kaki-kaki lebih awet dan performa lebih tangguh di medan ekstrem. Karena memang komponen steering dan penggerak kendaraan terbagi depan dan belakang, sehingga beban komponen roda depan tidak terlalu terforsir dan membuatnya lebih awet.

Selain itu, dengan cara kerja mendorong, sistem penggerak roda belakang akan lebih handal untuk jalanan menanjak, terjal, dan tidak rata.

Keunggulan lainnya adalah suara berisik di kabin akibat komponen penggerak misal transmisi, juga akan bisa diminimalisisasi, jadi kabin mobil bisa lebih senyap.

Kekurangan Sistem Penggerak Roda Belakang

Tidak hanya keunggulan, sistem penggerak ini juga memiliki kekurangan. Penggerak roda belakang memiliki bobot yang berat. Pemindahan tenaga dari depan ke belakang membutuhkan komponen power train lebih banyak, seperti propeller shaft, gardan, as roda belakang, cross joint, dan lain-lain.

Selain menyebabkan bobot kendaraan jadi berat, pemindahan tenaga tersebut juga akan mengalami loss power akibat gesekan di powertrain. Sehingga sistem Penggerak roda belakang ini akan cenderung kurang irit dan kurang responsif dibanding Penggerak roda depan (FWD), dan biasanya potensi terjadi gejala oversteering lebih besar dibanding FWD.

Kekurangan lain pada sistem penggerak roda belakang adalah berupa kabin yang kurang lapang. Pada mobil dengan sistem penggerak roda belakang (RWD), lantai kendaraan menjadi tidak rata, sebab di bawah menjadi tempat untuk sistem transmisi dan propeller shaft.