Minggu, 11 November 2018

November 11, 2018 0

Musim Hujan, Ban Mulai Gundul? Ini Cara Memperpanjang Masa Pakainya

Memasuki musim hujan, ketika berkendara tentu perlu kewaspadaan lebih tinggi dari biasanya. Karena saat terguyur hujan, jarak pandang terbatas dan yang utama, traksi roda ke jalan juga akan berkurang, karena licin. Sehingga, perlu traksi ban yang baik.


Namun, masalah yang kerap terjadi, kondisi ban sudah tidak bagus lagi, seperti ‘kembang ban’ sudah mulai aus karena sudah bergulir puluhan ribu kilometer. Padahal, untuk mendapatkan traksi optimal, tentu alur ban harus baik.
Memang, jika ketebalan alur ban ini belum sampai pada batasan TWI (Tyre Wear Indicator, yang menentukan kondisi minimal penggunaan ban), berarti ban masih bisa digunakan. Tetapi, umumnya kita akan lebih cepat mengganti ban sebelum TWI, karena sudah terlihat ‘gundul’.
Lantas jika dana di kantung masih belum cukup untuk mengganti sepasang ban, apalagi satu set (4 buah) ban, harus bagaimana?  Ya sudah, gunakan saja dulu.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengemudi untuk memperpanjang umur ban, terutama saat dipakai di musim hujan.
  1. Pastikan keselarasan roda (wheel alignment) yang baik. Dengan keselarasan roda yang baik, telapak ban akan optimal memberikan traksi dengan permukaan jalan, juga tidak akan cepat aus terpakai.
  2. Tekanan angin ban ideal, selain memberikan traksi optimal, juga mencegah keausan bertambah.
  3. Tidak berkendara agresif, selalu menekan pedal gas secara perlahan juga melakukan pengereman yang tidak mendadak, membuat tidak ada gesekan berlebih pada telapak ban dengan permukaan jalan, sehingga ban akan lebih awet.
  4. Sehubungan dengan kondisi telapak ban yang sudah tidak maksimal, ketika berkendara saat hujan, jangan melaju terlalu kencang, waspadai adanya genangan yang mudah menyebabkan aquaplaning.
Itulah beberapa hal yang bisa membantu menambah usia pakai ban di saat musim hujan ini. “Bagian telapak ban yang menempel ke jalan, tak lebih dari selebar telapak tangan orang dewasa,” ungkap Zulpata Zainal, pemerhati otomotif yang berkecimpung pada industri ban tanah air, dalam sebuah kesempatan.
Ia menekankan, bahwa seluruh ‘tanggung jawab’ traksi dari roda itu tak lebih dari satu telapak tangan saja, bagian yang menempel pada permukaan jalan. Jadi, sedikit saja ‘gangguan’, seperti tekanan angin ban tidak sesua, overspin, permukaan jalan licin, akan mengurangi ‘luasnya’ traksi ban ke permukaan jalan tersebut.
Kemudian, bagaimana mengatur konfigurasi ban berdasarkan kondisi empat ban pada mobil?  “Kondisi ban yang lebih bagus, dipasang pada roda belakang,” ujar Zulpata. Hal ini juga pernah dijelaskan oleh Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC). Menurutnya, ban yang dalam kondisi lebih baik ditempatkan di belakang, karena di bagian itulah memerlukan traksi yang baik.
“Kalau di depan, masih bisa dikendalikan oleh pengemudinya,” ungkap Jusri. Hal ini berlaku umum, baik pada mobil berpenggerak roda depan, penggerak roda belakang, maupun all-wheel drive atau AWD, (berpenggerak empat roda) sekalipun
sumber : carreview.id

Selasa, 06 November 2018

November 06, 2018 0

Elon Musk: Ford Mungkin Saja Bangkrut


Chief Executive Officer Tesla, Elon Musk kerap melontarkan pernyataan kontroversial. Kali ini ia berkomentar seputar nasib Ford, pabrikan otomotif kawakan asal Amerika Serikat. Musk berkomentar menohok, dan menyatakan bahwa Ford tak bakal berhasil melewati masa resesi ekonomi berikutnya

mengatakan bahwa Tesla dan Ford sama-sama menghadapi resesi, alias kondisi pertumbuhan ekonomi negatif. Namun Ia beranggapan saat resesi terus berlangsung, Ford mungkin tidak begitu beruntung. “Ford dan Tesla berhasil melewati resesi terakhir. Ada peluang baik bagi Ford, namun tidak dalam resesi berikutnya,” kata Musk, seperti dikutip dari Detroitnews.
Sekadar intermeso saja, resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi. Besar kaitannya dengan kondisi lapangan kerja, investasi dan keuntungan perusahaan. Musk pun tak menampik, betapa sulitnya menciptakan manufaktur mobil yang sukses. Menurutnya, "tidak masuk akal bahwa Tesla tetap hidup."
“Membuat perusahaan mobil yang sukses, sangat sulit secara monumental. Ada banyak upaya untuk membuat perusahaan mobil tampil cemerlang, namun mereka semua gagal. Bahkan mereka yang memiliki basis pelanggan yang kuat, ribuan diler, ribuan pusat layanan, mereka sudah menghabiskan modal untuk pabrik. Contohnya seperti GM dan Chrysler, harus pailit dalam resesi terakhir,” jelasnya.
Untungnya, Musk cukup terbuka di masa lampau, tentang perputaran uang perusahaan. Suntikan dana segar US$ 50 juta dari raksasa Jerman, Daimler membuat Tesla tetap bertahan selama krisis keuangan satu dekade lalu. Namun, Daimler akhirnya menjual investasinya di Tesla empat tahun lalu. Nilainya mengesankan, sebesar US$ 780 juta.
Sementara Ford dipenuhi dengan uang tunai. Pada akhir kuartal ketiga 2018, Ford memiliki US$ 34 miliar dalam likuiditas, yang mencakup lebih dari US$ 18 miliar berbentuk tunai. Produsen mobil ini menghasilkan pendapatan US$ 3,8 miliar dalam sembilan bulan pertama pada 2018. Dan Ford berencana memotong biaya operasional US$ 25,5 miliar selama beberapa tahun ke depan.
Pernyataan Musk dibantah oleh Chief Financial Officer Ford, Bob Shanks. Ia mengatakan bahwa Ford akan tetap menguntungkan, bahkan dalam kasus resesi yang parah sekalipun. Tesla, sementara itu, memiliki US$ 3,4 miliar dalam bentuk tunai pada kuartal ketiga. Artinya mereka punya keuntungan, setelah “bakar uang” selama bertahun-tahun. Untuk pertama kalinya Tesla mengantongi pemasukan sebesar US$ 6,8 miliar. Dan laba bersihnya sebanyak US$ 311,5 juta, pada kuartal ketiga 2018.
Itulah gambaran kondisi kedua perusahaan. Dalam dunia otomotif, kerap kali petinggi perusahaan berkomentar soal merek dagang lain. Sebab konsidi pasar sangat sensitif. Ucapan kontroversial bisa mengacaukan kinerja saham pada perusahaan tertentu. (Alx/Odi)
sumber :oto.com